Tentang Direndahkan

Banyak hal-hal sederhana yang selalu mengisi hari-hari setiap manusia. Begitupun denganku.
Tapi hal-hal itu bisa diketahui oleh seseorang terkadang tidak secara langsung, melainkan dari cerita orang lain yang memang kita percaya dan menerimanya.
Seperti mendengar kisah kita saat masih bayi. Saat itu kita belum tahu dan belum mengenal apapun. Padahal banyak kisah membahagiakan, menyedihkan, bahkan mungkin perjuangan dalam kehidupan saat kita masih bayi. 

Tapi apa buktinya bahwa kisah yang di ceritakan itu benar?

Aku dilahirkan lebih awal -prematur, begitulah keluarga menceritakannya padaku. Aku percaya. Terlebih ketika aku melihat Piagam Kelahiran -piagam pertama di hidupku. Disana tertulis lengkap nama, bobot, waktu lahirku yang dikeluarkan oleh RS. Katanya sih aku bayi terkecil yang pertama ditangani oleh RS itu 😂 tapi entah apapun itu, aku masih penasaran dengan bocah laki-laki yang kata Ibuku lahir bersamaan dengan waktu lahirku, haha.

Alhamdulillah, bayi yang lahir langsung dikasih piagam itu kini sudah tumbuh dewasa. Yang bisa tumbuh tegar dan kuat karena (lagi-lagi) kondisi saat dia bayi dibandingkan dengan anak-anak sepantaran di lingkungan tinggalnya.

Aku mendapat kisah ini saat aku masih duduk di bangku sekolah. Sangat dalam & sedih. Aku bahkan saat itu tak bisa merasakan tersinggung bahwa aku "sedang dihina" karena aku baru hidup beberapa bulan saja. Namun seseorang yang membesarkan & melahirkanku itu yang tentu -menurutku merasa "sangat terpukul". Dan saat dengar cerita itu, aku tahu kalau aku sedang dibandingkan dengan orang-orang "yang lebih normal" siapa saja dan aku mengenalnya.

Sejak itu, aku semakin percaya bahwa selama ini usaha & doaku mungkin tak seberapa dengan "kisah menyedihkanku" kala itu. Mungkin sebenernya usahaku cuma seberapa, tapi Allah beri hadiah dewasa ini untuk mengganti sebuah kekecewaan saat aku kecil.

Sejak itu, aku juga semakin percaya "balasan". Gak semua balasan itu jatuh kepada orang yang bersangkutan, tapi bisa jadi pada generasi di bawahnya. Maksud balasan disini bukan semengerikan itu lho, ya cuma buat dijadikan refleksi dan yang bisa merasakan ya cuma yang bersangkutan. 

"Mereka" juga ga tau kalau dulu waktu masih bayi dibandingkan denganku yang kondisinya lebih kasihan daripada mereka 😅 Dan bersyukurnya aku tahu, jadi aku bisa improve myself untuk mengganti kekecewaan orang yg terpukul dengan kondisiku saat itu, dengan kebanggaannya terhadapku saat ini. Itu menjadi hal terbesar yang selalu aku tekadkan untuk bisa aku penuhi.

Bukan untuk "bersaing" tapi untuk membalas rasa kecewa itu dengan aku menjadi versi terbaik baginya. Bagi internal ring 1 aja, itu udah cukup. Tapi Alhamdulillah Allah kasih kesempatan bahkan untuk bisa lebih baik dari yang dulu dibanding-bandingkan denganku -menurutku.

The important thing is jangan ada dendam apapun, jadilah seperti saat bayi yang ga merasakan apa-apa padahal kita sedang direndahkan (mungkin serendah-rendahnya) dan ketika sudah tahu bahwa kenyataannya sedang direndahkan, jangan balas dendam ke orang yang merendahkan. 

"Tunggu balasanku, tunggu aja nanti", tapi balaslah ke diri sendiri dengan berjanji akan menjadi versi terbaik dan terus beyond the expectation. 

Sepertinya begitulah cara balas dendam terbaik tanpa menyakiti siapapun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ada yang Selalu Bikin Kangen

Sebuah Titik Keindahan Dibalik Kegagalan